Minggu, 01 Juli 2012

Allah pun bisa cemburu, apalagi aku. Lantas, mengapa aku cemburu?

Ya Allah, salahkah bila aku punya rasa cemburu? Apa yang harus kulakukan bila rasa itu kembali muncul?

Jangan Cemburu Padaku, Sahabat


Wahai kalian para bidadara,
Jangan pernah cemburu padaku
Karna ku belum menjadi apa
Juga siapa!
Wahai kalian para pengantin mujahid
Jangan pernah cemburu padaku
Karna aku hanya pengais butiran amal
Tuk hapus segala dosaku lalu...
Wahai kalian para lelaki shalih
Jangan pernah cemburu padaku
Jangan pernah...
Kumohon,
Karna aku hanya renik yang terhempas
Di hamparan kanvas Tuhanmu...
Jangan pernah cemburu...
Ku mohon,
Jangan pernah cemburu,
Karna cintanya kita sama tak tahu,
Kemana kan berlabuh...



Cemburu itu bisa mengajak kita selalu dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Mungkinkah diri ini bisa melakukan semua itu ? Hanya berusaha semaksimal mungkin, selalu berdo’a kepada Allah supaya dibimbing dalam lindungan-Nya. Begitu banyak dosa dan maksiat yang telah dilakukan. Allohu Ghofuur, ampunilah dosa-dosa yang telah aku lakukan. Tidak bisa membayangkan betapa merugi diri ini jika tidak diberi ampun oleh Allah.
Semoga dalam diri ini terdapat azzam yang kuat untuk selalu memperbaiki amal ibadah supaya mendapatkan ridho dan berkah Allah. Aamiin …
Karena aku masih cemburu...
Tak seperti bintang di langit, 
Tak seperti indah pelangi, 
Karena diriku bukan lah mereka.. 
Ku apa adanya, 
Wajahku, ya... memang begini, 
Sikapku jelas tak sempurna, 
Ku akui ku bukanlah mereka, 
Ku apa adanya, 
Menjadi diriku, dengan segala kekurangan, 
Menjadi diriku, atas kelebihanku, 
Terimalah aku, seperti apa adanya, 
Aku hanya insan biasa, tak mungkin sempurna, 
Tetap kubangga, atas apa yang kupunya, 
Setiap waktu ku nikmati, anugerah hidup yang ku miliki.. 
aku memang manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah, 
namun.. 
dihatiku hanya satu cinta, untuk kalian semua luar biasa, insya Allah... 
manisnya ukhwah itu seperti manisnya buah kurma.. 
kalau tidak di makan buah itu, dari mana dapat manisnya.. 
seperti juga dengan manusia, kalau tidak mengenali satu sama lain, 
kita tidak akan dapat merasai kemanisan ukhwah itu...

salam ukhwah fillah abadan abada, senyum :) 

Mengelola Cemburu harus punya ilmu. berikut ini beberapa kutipan yang semoga bisa mencerahkan pikiran dan menjernihkan hati kita.

Sebuah kutipan tulisan dari Majalah Hidayatullah, November 2010 dengan judul : 

Adab Cemburu


Kata orang, cemburu itu perlu. Sebaliknya, tak sedikit yang menolak dikatakan sebagai pencemburu. Itulah sifat cemburu. Layaknya mata uang, ia memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Dengannya sebuah rumahtangga bisa bertambah rekat. Namun, tak jarang justru ia menjadi awal sebuah kehancuran hidup seseorang. Berikut ini beberapa pandangan Islam mengenai sifat cemburu.
Pilihlah yang Disukai Allah
Dalam sebuah riwayat, rupanya sifat cemburu itu terbagi menjadi dua. Ada yang dicintai Allah, namun ada pula yang tak disenangi oleh-Nya. Sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Cemburu itu ada dua macam. Ada cemburu yang dicintai Allah dan ada juga yang dibenci-Nya. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah cemburu yang disukai Allah itu?” Beliau menjawab, “Jika kedurhakaan-kedurhakaan kepada-Nya dan jika hal-hal yang diharamkan-Nya dilanggar.” Kami bertanya lagi, “Lalu apakah cemburu yang dibenci Allah?” Beliau menjawab, “Kecemburuan salah seorang di antara kalian di luar kadarnya.”

Allah pun Bisa Cemburu
Cemburu adalah salah satu sifat Allah, namun ia tak termasuk dalam Asma al-Husna (Nama-nama indah Allah). Nabi bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih cemburu selain daripada Allah. Karena itu Dia mengharamkan berbagai kekejian, yang tampak maupun yang tersembunyi.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Cemburu Para Nabi
Terhadap sebuah kemungkaran, Nabi Muhammad sangatlah pencemburu. Hal ini tergambar dalam kisah Sa’ad ibn Ubadah. Suatu ketika ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saran engkau jika saya mendapati istriku berzina dengan seorang laki-laki? Apakah saya harus menangguhkan balasan hingga mendapatkan empat orang saksi?” Nabi menjawab, “Benar!” Sa’ad berkata lagi, “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, bagaimana jika saya memukulnya dengan punggung pedang?” Nabi menjawab, “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada dirinya.” (Riwayat Bukhari)

Cemburu Itu Manusiawi
Saking cintanya kepada –sang suami- Rasulullah, ‘Aisyah pun tak luput dari rasa cemburu. ‘Ummu al-Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah bercerita, aku tak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah. Karena Nabi seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau menyebut namanya, lalu aku berkata, “Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik daripadanya kepadamu.” Nabi bersabda, “Demi Allah, Dia tidak memberikan ganti yang lebih baik daripadanya kepadaku.” (Riwayat Bukhari)

Stop Cemburu Buta
Cemburu yang dibangun di atas imajinasi dan buruk sangka hanyalah akan merusak sebuah hubungan. Ia tak lebih dari mengikuti hawa nafsu semata. Padahal ia sendiri tak mengetahui persoalan kecuali menuruti perasaan dan emosi sesaat saja. Bahkan boleh jadi cemburu tersebut lalu ditunggangi oleh pihak ketiga yang ingin merusak keutuhan rumah tangga seseorang.

Jalin Komunikasi
Menjalin komunikasi yang sehat bisa menjadi jembatan yang merekatkan kembali rumahtangga yang lagi renggang. Saling terbuka dalam segala urusan niscaya semakin memudahkan dalam menyelesaikan suatu persoalan rumahtangga.*


Sebuah tulisan lagi aku baca dengan judul:

Saat Cemburu Menyapa
penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah
Sakinah Mengayuh Biduk 12 - Februari - 2004 00:37:30

Cemburu merupakan tabiat wanita. Ini juga dialami para istri Rasulullah dan shahabiyyah yg lain. Namun tentu saja kecemburuan ini tdk serta merta membutakan hati mereka. Bagaimana dgn kita?
Cemburu tdk hanya milik lelaki tapi juga milik kaum wanita. Bahkan wanitalah yg dominan memiliki sifat yg satu ini krn merupakan tabiatnya. Dan perasaan cemburu ini paling banyak muncul pada pasangan suami istri .
Oleh krn itu semesti hal ini menjadi perhatian seorang suami. Sehingga ia tdk serampangan dlm meluruskan ‘kebengkokan’ sang istri dan dapat memaklumi tabiat wanita ini selama dlm batasan yg wajar. Apalagi pada hakikat kecemburuan istri terhadap suami bukan merupakan hal yg tercela. Bahkan menjadi tanda ada rasa cinta di hatinya. Tentu selama tdk melampaui batasan syariat.
Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani asal dari sifat cemburu bukanlah hasil usaha si wanita namun wanita memang diciptakan dgn sifat tersebut. Namun bila cemburu itu melampaui batas dari kadar yg semesti mk menjadi tercela. Bila seorang wanita cemburu terhadap suami krn sang suami melakukan perbuatan yg diharamkan seperti berzina atau mengurangi hak atau berbuat dzalim dgn mengutamakan madu kata Al-Hafidz cemburu semacam ini disyariatkan .
Dengan syarat hal ini pasti dan ada bukti . Bila cemburu itu hanya didasari sangkaan tanpa bukti mk tdk diperkenankan. Adapun bila si suami seorang yg adil dan telah menunaikan hak masing-masing istri tapi masih tersulut juga kecemburuan mk ada udzur bagi para istri tersebut bila cemburu sebatas tabiat wanita yg tdk ada seorang pun dari mereka dapat selamat darinya. Tentu dgn catatan ia tdk melampaui batas dgn melakukan hal-hal yg diharamkan baik berupa ucapan ataupun perbuatan.
Cemburu Melebihi Batas
Ada kala kecemburuan seorang istri terhadap suami sangat berlebihan. Di benak seolah hanya ada sifat curiga. Bahkan tdk jarang ia melemparkan prasangka buruk kepada suami dan tdk bisa menerima kenyataan bila suami memiliki istri yg lain.
Yang ironis adl bila ada istri yg mengalami hal ini kemudian tdk dapat menahan diri dari perkara yg Allah haramkan seperti lari ke “orang pintar.” Dengan bantuan tukang tenung atau tukang sihir ia berharap suami membenci madu dan hanya mencintai dirinya. Padahal perbuatan sihir merupakan perbuatan kekufuran yg diharamkan sebagaimana Allah nyatakan dlm firman-Nya:
“Dan mereka mengikuti apa yg dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman1 padahal Sulaiman tidaklah kafir2 akan tetapi setan-setan itulah yg kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yg diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut sedangkan kedua tidaklah mengajarkan sesuatu kepada seorang pun sebelum kedua mengatakan: ‘Sesungguh kami hanyalah cobaan bagimu krn itu janganlah engkau berbuat kekafiran.’ mk mereka mempelajari sihir dari kedua yg dengan mereka dapat memisahkan antara suami dgn istrinya. Tidaklah mereka dapat memberi mudharat kepada seorang pun dgn sihir tersebut kecuali dgn izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yg memberi mudharat kepada mereka dan tdk memberi manfaat. Sungguh mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yg menjual agama dgn sihir itu tiadalah bagi keuntungan di akhirat. Betapa jelek perbuatan mereka menjual diri mereka dgn sihir itu seandai mereka mengetahui.”
Nabi  juga bersabda:
“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yg membinasakan. Para shahabat bertanya: ‘Apa tujuh perkara itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘ Syirik kepada Allah sihir’…”
Saking cemburu sebagian wanita bahkan ada yg sampai berangan-angan tdk dibolehkan poligami dlm syariat ini3. Bahkan ada yg membenci syariat krn menetapkan ada poligami. Sebagian yg lain mengharapkan kematian suami bila sampai menikah lagi. Yang lain tdk berangan demikian tapi lisan digunakan utk mencaci maki madu meng-ghibah4 dan menjatuhkan kehormatannya.
Karena sifat cemburu ini pula mayoritas wanita merasa mendapatkan musibah yg sangat besar kala suami menikah lagi. Semesti bagi seorang mukminah apapun kenyataan yg dihadapi semua itu disadari sebagai ketentuan takdir Allah. Semua musibah dan kepahitan yg didapatkan di dunia itu sangat kecil dibanding keselamatan agama yg diperolehnya.
Salahkah Bila Aku Cemburu?
Mungkin sering muncul pertanyaan demikian di kalangan para wanita. mk jawab dapat kita dapati dari kisah-kisah istri Nabi . Mereka pun ternyata memiliki rasa cemburu padahal mereka dipuji oleh Allah  dlm firman-Nya:
“Wahai istri-istri Nabi kalian tdk sama dgn seorang wanita pun jika kalian bertakwa…”
Al-Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa istri-istri Nabi  tdk sama dgn wanita lain dlm hal keutamaan dan kemuliaan namun dgn syarat ada takwa pada diri mereka.
Nabi  sendiri sebagai seorang suami memaklumi rasa cemburu mereka tdk menghukum mereka selama cemburu itu dlm batas kewajaran.
‘Aisyah xbertutur tentang cemburunya:
“Aku tdk pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Rasulullah  seperti cemburuku kepada Khadijah krn Rasulullah  banyak menyebut dan menyanjungnya.”
‘Aisyah pernah berkata kepada Nabi  mengungkapkan rasa cemburu kepada Khadijah:
“Seakan-akan di dunia ini tdk ada wanita kecuali Khadijah? Nabi  menjawab: ‘Khadijah itu begini dan begitu5 dan aku mendapatkan anak darinya.’”
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Sebab cemburu ‘Aisyah krn Rasulullah  banyak menyebut Khadijah meski Khadijah telah tiada dan ‘Aisyah aman dari tersaingi oleh Khadijah. Namun krn Rasulullah sering menyebut ‘Aisyah memahami betapa berarti Khadijah bagi beliau. Karena itulah bergejolak kemarahan ‘Aisyah mengobarkan rasa cemburu hingga mengantarkan utk mengatakan kepada suaminya: “Allah telah menggantikan untukmu wanita yg lbh baik darinya.” Namun Rasulullah berkata: “Allah tdk pernah menggantikan untukku wanita yg lbh baik darinya.” Bersamaan dgn itu kita tdk mendapatkan ada berita yg menunjukkan kemarahan Rasulullah kepada ‘Aisyah krn ‘Aisyah mengucapkan hal tersebut didorong rasa cemburu yg merupakan tabiat wanita.”
Pernah ketika Nabi  berada di rumah seorang istri salah seorang ummahatul mukminin mengirimkan sepiring makanan utk beliau. Melihat hal itu istri yg Nabi  sedang berdiam di rumah segera memukul tangan pelayan yg membawa makanan tersebut hingga jatuhlah piring itu dan pecah. Nabi  pun mengumpulkan pecahan piring tersebut kemudian mengumpulkan makanan yg berserakan lalu beliau letakkan di atas piring yg pecah seraya berkata: “Ibu kalian sedang cemburu.” Beliau lalu menahan pelayan tersebut hingga diberikan kepada ganti berupa piring yg masih utuh milik istri yg memecahkan sementara piring yg pecah disimpan di tempatnya.
Hadits ini menunjukkan wanita yg sedang cemburu tidaklah diberi hukuman atas perbuatan yg dia lakukan tatkala api cemburu berkobar. Karena dlm keadaan demikian akal tertutup disebabkan kemarahan yg sangat.
Namun bila cemburu itu mengantarkan kepada perbuatan yg diharamkan seperti mengghibah mk Rasulullah  tdk membiarkannya. Suatu saat ‘Aisyah berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah cukup bagimu Shafiyyah dia itu begini dan begitu.” Salah seorang rawi hadits ini mengatakan bahwa yg dimaksud ‘Aisyah adl Shafiyyah itu pendek. Mendengar hal tersebut Rasulullah  berkata kepada ‘Aisyah:
“Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata yg seandai dicampur dgn air lautan niscaya akan dapat mencampurinya.”
 Juga kisah lain ketika sampai berita kepada Shafiyyah bahwa Hafshah mencela dgn mengatakan: “Putri Yahudi” Shafiyyah menangis. Bersamaan dgn itu Nabi  masuk menemui dan mendapati sedang menangis. mk beliau pun bertanya: “Apa yg membuatmu menangis?” Shafiyyah menjawab: “Hafshah mencelaku dgn mengatakan aku putri Yahudi.” Nabi  berkata menghiburnya: “Sesungguh engkau adl putri seorang nabi dan pamanmu adl seorang nabi dan engkau adl istri seorang nabi lalu bagaimana dia membanggakan diri terhadapmu?” Kemudian beliau menasehati Hafshah: “Bertakwalah kepada Allah wahai Hafshah”.
Wallahu a’lam. 
Sumber: www.asysyariah.com



Kemudian tulisan ini:


Kecemburuan dalam Rumah Tangga

Khutbah Jumat
Disampaikan oleh Al Ustadz Ali Basuki
Dalam perjalanan kehidupan manusia, seseorang akan menghadapi berbagai hal saat berinteraksi dengan manusia yang lain. Oleh karena itu diperlukan bimbingan syariat agar kehidupan seseorang mendapatkan berkah dari Allah. Begitu pula kehidupan sepasang suami istri, kecemburuan merupakan suatu hal yang sangat mungkin terjadi dalam perjalanan mengaruhi bahtera kehidupan. Cemburu merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia terutama wanita. Suami harus bisa memahami watak istrinya karena wanita adalah orang yang kurang akal dan agamanya.
“Wanita diciptakan dari tulang rusuk lelaki, kalau seandainya kita memaksa untuk meluruskannya, maka akan patah, kalau dibiarkan maka akan tetap bengkok” HR Bukhari
Semua ada hikmahnya, kadang Allah mengutamakan kaum pria di atas wanita dan kadang mengutamakan kaum wanita di atas pria.
Kecemburuan merupakan suatu hal yang pasti terjadi, bahkan terjadi di rumah tangga Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam. Diantara kisah tersebut antara lain:
1. Kecemburuan Aisyah terhadap Khadijah
Aisyah cemburu terhadap Khadijah walaupun mereka tidak pernah bertemu. Hal ini dikarenakan Rasulullah sering menyebut-nyebut kebaikan Khadijah, dan Rasulullah mendapatkan keturunan dari beliau. Aisyah berkata, “Bukankah Allah telah menggantikan dengan wanita yang lebih baik?”, dijawab oleh Rasulullah, “Tidak, Allah tidak menggantikannya dengan wanita yang lebih baik.”
Rasa cemburu harus dilandasi dengan ilmu atau hanya akan membawa petaka, diantaranya melakukan hal-hal yang melanggar perintah agama:
  • Sihir untuk memisahkan pasangan suami-istri
  • Kelakuan yang jelek
  • Mengadu domba
2. Kecemburuan Aisyah saat Rasulullah mendapatkan hadiah dari istri beliau yang lain
Seorang suami juga harus berlandaskan ilmu ketika menyikapi rasa cemburu dari istrinya. Dicontohkan ketika ada seorang pelayan yang diutus oleh salah seorang istri Rasulullah yang membawa makanan saat beliau ada di rumah Aisyah, kemudian Aisyah memukul tangan pembantu tersebut sehingga jatuh dan pecahlah piring makanan hadiah tersebut. Tapi Rasulullah tidak marah, tetapi membimbingnya dengan ilmu dan kesabaran. Rasulullah berkata, “Telah cemburu ibu kalian”, kemudian Rasulullah mengumpulkan pecahan piring dan diganti dengan piring yang lain.
3. Kecemburuan istri Rasulullah ketika beliau menikah dengan Shafiyah
Ketika Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyai timbul kecemburuan dalam diri Hafshah dan berkata, “Dia adalah anak Yahudi”, hal ini terdengar oleh Shafiyah yang membuatnya bersedih dan menangis. Kemudian dihibur oleh Rasulullah dengan mengatakan, “Ketahuilah bahwa engkau adalah keturunan seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau sekarang berada di bawah naungan seorang nabi. Wahai Hafshah, bertakwalah kepada Allah”.
Kecemburuan seorang suami
Rasa cemburu juga harus dimiliki oleh seorang suami, tidak boleh suami membiarkan istrinya bermaksiat. Lelaki Dayyuts (tidak memiliki rasa cemburu) tidak akan mendapatkan baunya surga. Diantara kisah yang menunjukkan betapa pencemburunya shahabat antara lain:
1. Kecemburuan Sa’ad bin Ubadah
Sa’ad bin Ubadah berkata, “Jikalau aku mendapati istriku bersama seorang laki-laki maka akan aku tebas lehernya”, Rasulullah bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’ad ?, bahkan Allah lebih cemburu lagi”.
Diterangkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari, “Sesungguhnya Allah itu cemburu, yaitu ketika seorang mukmin melanggar apa yang diharamkan oleh Allah”.
2. Kecemburuan Zubair bin Awam
Asma’ binti Abu Bakar ketika menjaga kecemburuan suaminya, Zubair bin Awam, mereka menikah dalam keadaan Zubair bin Awam adalah seorang miskin yang hanya memiliki seekor kuda dan seekor unta saja. Merupakan kebiasaan Asma’ binti Abu Bakar yang memberikan makan hewan-hewan tersebut, begitu pula membuatkan roti untuk sang suami. Tetapi Asma’ tidak bisa membuat adonan sendiri sehingga harus meminta tolong kepada orang lain yang jaraknya sekitar 8 km. Suatu saat ketika Asma’ membawa biji gandum untuk dibuatkan adonan roti bertemulah dia dengan rombongan Rasulullah Shalallahu ‘alaih wa salam. Dan Rasulullah menawarkan tunggangan kepada Asma’, walaupun Asma’berjalan dengan jarak yang jauh akan tetapi dia menjawabnya dengan mengatakan bahwa kalaulah bukan karena kecemburuan suaminya, tentu Asma’ akan menerimanya. Asma’ berkata, “Sesungguhnya Zubair itu adalah seorang yang sangat pencemburu”. Ketika Asma’ telah tiba di rumah dan menceritakan kejadian ini kepada Zubair bin Awam, Zubair mengatakan, “Sungguh engkau berjalan dengan kakimu lebih aku cintai daripada engkau berjalan dengan khalifah Rasulullah”.
Semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. Tidak ada yang salah dengan cemburu. Sah sah saja selama masih tahap normal

    BalasHapus